
SEGALA perintah Allah pasti baik dikerjakan. Segala larangan Allah pasti baik ditinggalkan. Karena Allah Subhanahu Wata’ala Mahabaik dan hidup sesuai aturan Allah adalah kebaikan.
Maka jangan bermaksiat kepada Allah dengan melanggar aturan Allah, karena itu adalah sumber keburukan. Keburukan akibat kemaksiatan yang dilakukan manusia tidak saja berdampak pada dirinya, bahkan batu, binatang, dan tumbuh-tumbuhan pun bisa merasakan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda:
“(Batu) Hajar Aswad turun dari surga dalam kondisi lebih putih dari air susu, kemudian dosa-dosa anak Adam menjadikannya kehitaman.” (HR Tarmizi).
Bahkan kata Imam Abu Aliyah Ar Riyah, “Kerusakan di muka bumi terjadi karena kemaksiatan. Langit dan bumi hanya menjadi baik karena ketaatan” (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS Ar Rum: 41).
Tidak ada fakta dengan mencuri, meninggalkan sholat, zina, mabuk-mabukan, dan kemaksiatan lainnya lalu seseorang merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Tidak ada!
Oleh sebab itu, jangan maksiat memilih pemimpin. Apa bentuk kemaksiatan dalam memilih pemimpin itu? Disamping sistem Barat yang tidak islami, kemaksiatan memilih pemimpin itu adalah:
PERTAMA, memberikan amanah kepemimpinan kepada orang yang tak layak memimpin. Allah Ta’la berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS An Nisa: 58)
Rasulullah bersabda:
مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابَةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ اَرْضَى اللهُ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم
“Siapa yang mengangkat seseorang untuk mengelola urusan kaum Muslimin, lalu ia mengangkatnya, sementara pada saat yang sama dia mengetahui ada orang yang lebih layak dan sesuai daripada orang yg dipilihnya, maka dia telah BERKHIANAT kepada Allah dan Rasul-NYA.” (HR Al Hakim).
Jangan berkhianat dan bermaksiat kepada Allah dengan memilih pemimpin yang tak layak memimpin.
Imam Hasan Al Bashri mengingatkan, “Kalian diberi pemimpin seperti ini karena diri kalian sendiri. Pemimpin kalian adalah buah dari amalan kalian. Dan kalian akan dipimpin oleh orang yang seperti kalian.”(Kitab Kasyfu al Khafa, dikutip dari As Sunnah, Edisi 06, 2014).
KEDUA, memilih pemimpin dari kalangan orang-orang kafir, atau dikelilingi dan didukung oleh orang-orang kafir, atau orang fasiq (pelaku dosa besar). Allah mengingatkan;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.” (QS An Nisa: 144).
Semoga kita memilih pemimpin pada PILKADA serentak di 269 daerah di seluruh Indonesia dengan amanah, cerdas, dan bertanggung jawab. Bukan karena uang atau selembar baju kaos yang cepat usang. Inilah saat pengetahuan agama, idealisme, dan keberpihakan kita kepada yang benar, bukan yang bayar diuji. Demi kebaikan daerah masing-masing 5 tahun yang akan datang.
Buya HAMKA pernah berpesan, “Biar kalah asal tidak salah”. Tidak salah dalam arti tidak melabrak ajaran agama. Kalau ini komitmen kita bersama dalam memilih pemimpin, maka kebenaran takkan kalah. InsyaAllah. Wallahu A’lam.*/Lidus Yardi, aktivis Muhammadiyah Kuansing Riau
(Admin Hidcom,Hidayatullah.com - Berita Dunia Islam, Mengabarkan Kebenaran )