![“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon korma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad ]](http://www.hidayatullah.com/engine/files/2015/11/Menanam-Pohon-150x150.jpg)
TAK sedikit orang berpikir bagaimana menyelamatkan bangsa dan negara. Tetapi, cukupkah penyelamatan bangsa dan negara sebatas dengan regulasi tanpa aksi?
Kekisruhan dan kericuhan yang kerap menyapa negeri ini bukan karena kurangnya regulasi, tetapi sedikitnya jiwa-jiwa yang mau memperbaiki diri.
Alhamdulillah, kita sebagai Muslim mendapati suatu ajaran yang holistik komprehensif, sehingga tidak ada amalan baik yang tidak berdampak besar.
Demikian sebaliknya, tidak ada amalan buruk yang tidak berdampak kerusakan massal. Oleh karena itu adalah bukti nyata kecintaan kita kepada negeri ini bahkan suatu penyelamatan penting bagi negeri ini dengan terus menerus memperbaiki diri, menempa diri berlatih tiada henti untuk senantiasa melakukan kebaikan demi kebaikan.
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمٖ وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ ١١٧
“Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud [11]: 117).
Ibn Katsir menjelaskan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu negeri yang penduduknya berbuat kebaikan. Kebaikan itu tiada lain kemauan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana yang Allah firmankan dalam Surah Ali Imran ayat 104.
Sebaliknya, Allah pasti akan membinasakan suatu negeri yang penduduknya sudah menjadi orang-orang yang zalim yang hati, akal dan perasaannya tidak lagi bisa membedakan yang haq dan bathil, sehingga benci terhadap yang ma’ruf dan bangga terhadap yang munkar.
Dengan kata lain, siapapun dari kaum Muslimin dan Muslimat yang dengan penuh kesadaran berusaha berbuat baik, kemudian melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai kapasitas dan kapabilitasnya, berarti ia tidak saja telah menjaga dirinya dari kebinasaan, tetapi juga ikut menjadikan negeri ini terlindungi dari azab Allah Ta’ala. Lantas, bagaimana jika yang melakukan kebaikan itu satu keluarga, satu RT, RW, satu kampung, kecamatan dan seluruh NKRI?
Oleh karena itu, sebagai apapun diri kita dalam kehidupan berrumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berbuat baik mesti diprioritaskan. Amar ma’ruf nahi munkar mesti dijalankan. Insha Allah dengan itu Allah akan jaga dan selamatkan negeri kita.
Bentuk dan Keutamaan Kebaikan
Selain berdampak besar, kebaikan dalam Islam juga mendatangkan manfaat langsung bagi setiap Muslim yang mengamalkannya. Di antaranya adalah dihapuskannya dosa-dosa yang perah dilakukan.
إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ
“Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hud [11]: 114).
Apa kebaikan-kebaikan yang dimaksud. Ibn Katsir menjelaskan, di antaranya adalah shalat. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang Muslim melakukan dosa, kemudian ia berwudhu dan shalat dua rakaat, melainkan ia akan diampuni.” (HR. Ahmad).
Dengan kata lain, shalat bisa menghapus dosa, sekaligus bisa menjadi sebab turunnya rahmat Allah, sehingga selamat negeri ini. Dengan demikian perintah shalat lima waktu semestinya disyukuri sebagai nikmat luar biasa. Pantas jika Rasulullah dalam 24 jam yang dimilikinya tidak pernah bosan mendirikan shalat-shalat sunnah.
Aduhai, betapa indah jika seluruh umat Islam di negeri ini bisa memenuhi setiap masjid di seluruh negeri untuk mendirikan shalat lima waktu berjama’ah. Sungguh keselamatan bangsa dan negara akan benar-benar nyata.
Tentu, amalan kebaikan tidak semata shalat. Di antaranya ada sedekah, silaturrahim, memaafkan, memuliakan tetagga, memuliakan tamu dan beragam perintah dan keteladanan yang ada pada diri Rasulullah, itu kebaikan semua.
Tidak terkecuali senyum terhadap sesama, atau pun berkata baik. Jadi, mengapa tidak kita upayakan dalam 24 jam kita banyak kebaikan yang kita amalkan.
وَمَن يَقۡتَرِفۡ حَسَنَةٗ نَّزِدۡ لَهُۥ فِيهَا حُسۡنًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ شَكُورٌ
“Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Asy-Syuraa [42]: 23).
Kriteria orang yang Gemar Kebaikan
Kemudian, kebaikan itu hanya mungkin dilakukan manakala memenuhi syarat sebagaimana yang Allah tegaskan.
Pertama, senantiasa berhati-hati dalam kehidupan karena takut terhadap azab Allah Ta’ala.
Kedua, benar-benar meyakini ayat-ayat Allah.
Ketiga, mentauhidkan Allah Ta’ala alias tidak mempersekutukan-Nya.
Keempat, gemar memberi dengan hati yang takut dan meyakini bahwa semua akan kembali kepada Allah Ta’ala.
Terhadap empat kriteria tersebut Allah berfirman;
أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 61).
Rasulullah pernah bersabda;
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang di antara kalian terdapat bibit pohon korma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah.” [HR. Ahmad]
Mri berupaya untuk mengisi hari demi hari dengan mengamalkan kebaikan-kebaikan. Karena pada akhirnya, kebaikan itu pasti kembali kepada kita dalam bentuk kebaikan pula yang boleh jadi lebih besar, lebih luas dan lebih dahsyat, tidak saja bagi pribadi kita, tetapi juga bagi bangsa dan negara. Karena dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala menegaskan, “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman [55]: 60). Wallahu a’lam.*
(Imam Nawawi,Hidayatullah.com - Berita Dunia Islam, Mengabarkan Kebenaran )